Kamu Pasti Kaget Ternyata Nenek Moyang Penduduk Madagaskar  Orang Indonesia Lho, Kok Bisa? Begini Sejarahnya

JAKARTA (Surya24.Com) -Madagaskar, sebuah pulau yang terletak di lepas pantai timur benua Afrika, adalah salah satu destinasi wisata yang penuh dengan keindahan alam dan kekayaan budaya. Dikenal sebagai "Pulau Pulau" yang memikat para wisatawan dengan pesona alamnya yang eksotis dan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi keunikan dan daya tarik negara Madagaskar. Namun siapa sangka nenek moyang penduduk negeri itu berasal dari Indonesia. Akan tetapi sebelum membahasa masalah tersebut, yuk kita kupas wilayah itu.

Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia, dengan luas sekitar 587.000 kilometer persegi. Pulau ini terisolasi dari daratan utama dan memiliki sejarah geologis yang unik, sehingga menghasilkan flora dan fauna yang langka dan endemik. Seperti lemurs, primata kecil yang hanya ditemukan di Madagaskar, adalah salah satu contoh kekayaan hayati pulau ini.

Negara ini juga memiliki taman nasional dan cagar alam yang menakjubkan, di mana pengunjung dapat menjelajahi hutan hujan tropis, pantai berpasir putih, dan savana yang luas. Taman Nasional Ranomafana, misalnya, terkenal dengan keindahan lanskapnya dan berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna. Taman Nasional Isalo juga menawarkan pemandangan spektakuler, dengan formasi batuan yang menciptakan pemandangan yang unik.

Selain kekayaan alamnya, Madagaskar juga kaya akan budaya dan tradisi yang menarik. Pulau ini merupakan rumah bagi berbagai kelompok etnis, seperti Malagasy, Betsileo, dan Merina. Masing-masing kelompok memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk tarian, musik, dan seni rupa tradisional. Para wisatawan dapat mengunjungi desa-desa tradisional untuk merasakan kehidupan sehari-hari penduduk setempat dan belajar tentang kebudayaan mereka.

Pasar-pasar tradisional di Madagaskar juga merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi. Di sini, wisatawan dapat menemukan berbagai barang kerajinan tangan, seperti ukiran kayu, tekstil tradisional, dan barang-barang dari rami alami. Selain itu, makanan tradisional Madagaskar juga patut dicoba, seperti romazava (sup dengan sayuran dan daging), vary amin'anana (nasi dengan daun buncis), dan koba (makanan penutup dari pisang).

Namun, meskipun kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya, Madagaskar juga menghadapi tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi negara ini adalah pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati yang rentan. Pengrusakan hutan dan perburuan liar menjadi ancaman serius bagi spesies endemik Madagaskar, seperti lemurs.

Dalam rangka menjaga keunikan dan keberlanjutan Madagaskar, perintah Madagaskar telah mengadopsi berbagai langkah konservasi. Mereka telah mendirikan lebih dari 20 taman nasional dan cagar alam di seluruh pulau untuk melindungi flora dan fauna langka yang ada di sana. Selain itu, mereka juga telah memperketat hukum terkait perburuan liar dan perdagangan ilegal spesies langka.

Upaya juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Madagaskar. Program pendidikan dan pelatihan diberikan kepada masyarakat setempat untuk mengajarkan nilai-nilai konservasi dan memberikan alternatif mata pencaharian yang berkelanjutan, seperti ekowisata dan pertanian organik.

Selain itu, Madagaskar juga semakin dikenal sebagai tujuan wisata yang bertanggung jawab secara lingkungan. Banyak operator tur dan akomodasi di pulau ini telah mengadopsi praktik ramah lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan limbah plastik, dan pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata di Madagaskar telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Wisatawan dari seluruh dunia datang untuk menjelajahi keindahan alam pulau ini, mempelajari budaya lokal, dan mendukung upaya konservasi. Pariwisata yang bertanggung jawab tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, tetapi juga meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya melindungi lingkungan alam.

Dapat disimpulkan  Madagaskar adalah sebuah pulau yang mempesona dengan keindahan alamnya yang unik dan kekayaan budayanya. Keberagaman hayati yang luar biasa dan warisan budaya yang kaya membuatnya menjadi tujuan wisata yang menarik. Namun, menjaga keanekaragaman hayati dan keberlanjutan pulau ini merupakan tanggung jawab bersama kita semua. Dengan melakukan wisata yang bertanggung jawab dan mendukung upaya konservasi, kita dapat memastikan bahwa keindahan Madagaskar akan tetap lestari bagi generasi mendatang.

 Orang Indonesia dan  Sejarahnya

Dikutip dari merdeka.com , Madagaskar merupakan negara yang berada di pesisir timur Afrika. Pulau Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia. Siapa sangka jika nenek moyang dari penduduk di sana disebut merupakan orang Indonesia.

Bahkan, bahasa Nasional Madagaskar yakni Malagasi sangat mirip dengan bahasa Dayak Manyaan dari Kalimantan.

Melansir dari laman historia, disebutkan jika hasil riset pernah membuktikan sekitar 30 perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar sekitar 1.200 tahun silam. Simak ulasan selengkapnya:

Ditemukan Marco Polo

Menurut cerita sejarah, pulau Madagaskar ini ditemukan oleh Marco Polo. Madagaskar juga disebutkan dalam tulisan-tulisan Marco Polo. Namun orang Eropa pertama yang diketahui mengunjungi pulau itu adalah Diogo Dias, seorang navigator Portugis, pada tahun 1500.

 

Akan tetapi, ratusan tahun kemudian pada akhir abad ke-19, Prancis menjajah pulau itu dan menjadikan bahasa Prancis sebagai bahasa resminya. Sampai akhirnya pada 1960 Madagaskar memperoleh kemerdekaan. [khu]

Etnis

Lebih dari sembilan per sepuluh penduduknya adalah Malagasi, yang terbagi menjadi sekitar 20 kelompok etnis. Kelompok terbesar dan paling dominan adalah orang Merina yang tersebar di seluruh pulau.

Nama Merina (Imerina) konon berarti orang yang ditinggikan, berasal dari fakta bahwa mereka tinggal di dataran tinggi.

Kelompok terbesar kedua yaitu Betsimisaraka (The Inseparable Multitude), yang umumnya hidup di timur.

Sementara kelompok paling banyak ketiga adalah Betsileo (The Invincible Multitude), yang menghuni dataran tinggi di sekitar Fianarantsoa.

Analisis DNA

Melansir dari laman historia, ahli biologi molekuler Universitas Massey Selandia Baru, Murray Cox mengatakan, jika sekitar 30 perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar sekitar 1.200 tahun lalu.

Hasil itu didapat dari analisis DNA mitokondria. Penelitian DNA inipun memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya. Selain itu, kemiripan bahasa Malgache (Malagasi) yang digunakan oleh masyarakat Madagaskar juga menjadi salah satu tanda lainnya.

Terdapat beberapa unsur dalam Malgache yang mengarah ke Celebes (Sulawesi), terutama suku Bajo dan Bugis yang dikenal sebagai pelaut handal dari Indonesia.

Tak heran banyak yang kemudian mengaitkan keberadaan nenek moyang dari Madagaskar dengan Indonesia.***